FAKULTAS KEPERAWATAN
Agronursing
Agronursing
Fakultas Keperawatan Universitas Jember sebagai Kampus Agronursing dengan tujuan menghasilkan lulusan berwawasan Agronursing Sesuai Visi Universitas Jember, Menjadi generasi unggul dalam pengembangan sains, teknologi dan seni yang berwawasan lingkungan, bisnis dan pertanian indutrial.
Sebaran Agronursing
Kampus Lumajang
Kampus Kota Pasuruan
Kampus Jember
Sektor Agricultural
Indonesia sebagai negara pertanian dan khususnya wilayah kabupaten jember yang sebagian besar penduduknya merupakan petani tembakau membutuhkan perhatian khusus dalam bidang kesehatan. Fakultas Keperawatan Universitas Jember sesuai visi dan misinya mulai hadir ditengah masyarakat pertanian untuk ikut andil dalam menjaga kesehatan para petani. Fakultas Keperawatan Universitas Jember mulai mencetak perawat-perawat yang memiliki keahlian tambahan (plus) yaitu ahli dalam merawat pasien-pasien dari lingkungan pertanian. Sehingga lulusan Fakultas Keperawatan Universitas Jember sangat siap dalam merawat masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya ahli dalam merawat para petani
Konsep Dasar
Pengertian Agronursing
Agronursing adalah penatalaksanaan manajemen pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan dengan ruang lingkup agricultural (pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan serta agroindustri) berfokus pada klien (individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) yang holistik (biopsikososiokultural – spiritual) dan komprehensif (promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif). Agronursing mulai dikembangkan di Fakultas Keperawatan Universitas Jember untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dilingkungan pertanian.
Keperawatan Agronursing
Wilayah pertanian di Indonesia sangat luas dan meliputi berbagai macam bentuk baik persawahan, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Karakteristik petani di Indonesia meskipun berbeda bentuknya tetapi hampir memiliki
persamaan karakteristik yang khusus.
Keperawatan Agronursing sangat dibutuhkan mayarakat di area agrikultura untuk menjaga kesehatannya. Pelayanan kesehatan dilakukan dengan cermat untuk melakukan pencegahan penyakit dengan segera. Pencegahan penyakit dilakukan berdasarkan evidence based dengan skala prioritas dilingkungan agrikultura.
Epidemiologi Wilayah Pertanian
Karakteristik petani di Indonesia meskipun berbeda bentuknya tetapi hampir memiliki persamaan karakteristik yang khusus. Mayorits umur petani termasuk dalam rentang umur produktif. Petani kebanyakan memiliki jenjang
pendidikan rendah setara SD. Jumlah anggota keluarga petani rata-rata berjumlah 4 jiwa. Petani memiliki luas lahan garapan yang sempit. Tenaga kerja yang digunakan untuk pengolahan sawah kebanyakan dari dalam keluarga sendiri.
Kompetensi petani dalam menggunakan teknologi berada dalam kategori rendah. Masalah kesehatan yang biasanya muncul diantaranya asma, parasit (cacing), malnutrisi, kanker, alergi kulit, keracunan bahan kimia, gangguan saluran nafas, gangguan otot dan tulang, penyakit darah, dan penyakit kelenjar getah bening. Lingkungan tempat kerja juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti radiasi panas, vibrasi, kebisingan, penggunaan alat-alat berbahaya, kurang pencahayaan, ergonomik yang buruk, mengirup debu, dan bahan kimia berbahaya.
Konsep Kesehatan Kerselamatan Kerja Petani
Kesehatan dan keselamatan kerja di wilayah pertanian sangat penting untuk diperhatikan. Gangguan kesehatan akibat kecelakaan kerja dapat menyebabkan terjadinya disabilitas. Disabilitas dapat menyebabkan petani tidak dapat bekerja
sehingga akan menyebabkan penurunan pendapatan. Ketiadaan tenaga kerja akan menyebabkan tingkat produksi pertanian akan menurun. Penyuluhan dan sosialisasi tentang kesehatan keselamatan kerja perlu ditingkatkan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan di wilayah pertanian.
Resiko Penyakit Akut pada wilayah Agriculture
Paparan pestisida pada petani dapat mengkibatkan beberapa penyakit gangguan pernapasan seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Gangguan Fungsi/Faal Paru. Pajanan debu padi dari proses penggilingan padi yang melebihi
ambang batas normal juga akan menyebabkan terjadinya gangguan saluran pernapasan. Polusi asap di wilayah pertanian yang berasal dari asap kayu bakar dapur, asap obat nyamuk bakar, dan asap rokok meningkatkan terjadinya penyakit
ISPA pada balita.
Kebisingan di area pabrik produksi pertanian berasal dari suara mesin produksi yang melebihi nilai ambang batas suara >85 dB. Kebisingan di area pabrik akan membuat para pekerja mengalami Gangguan Pendengaran, Stress Kerja, Gangguan Psikologis, dan Meningkatnya Tekanan Darah. Upaya pencegahan trauma bising dapat dilakukan dengan cara menggunakan APD seperti ear plug (alat pelindung telinga), pemasangan peredam suara pada mesin diesel seperti sekam padi, dan pemberian pelumas pada mesin. Penyuluhan yang intensif perlu dilakukan pada pekerja tentang dampak bahaya kebisingan sehingga para pekerja merubah perilakunya menjadi lebih sehat.