Pada Selasa, 21 Mei 2024, Kelompok Riset-Dimas TASWARAS dari Prodi D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan UNEJ Kampus Kota Pasuruan mengadakan kegiatan bertema “Pengaruh Kelompok Swabantu Dalam Penerapan Self Mental Detection Terhadap Self Awareness Risiko Bunuh Diri Pada Gen Z”. Acara ini berlangsung di Kelurahan Kandang Sapi, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Pasuruan dan dihadiri oleh sekitar 30 remaja setempat.
Mengapa Kegiatan Ini Penting?
Gen Z, atau generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, sering kali dihadapkan pada tekanan dan tantangan mental yang signifikan. Mereka cenderung lebih tertutup terhadap orang tua dan sering mencari bantuan melalui media digital. Dengan latar belakang ini, kegiatan yang berfokus pada peningkatan kesadaran diri dan pencegahan risiko bunuh diri menjadi sangat penting.
Acara dan Peserta
Kegiatan ini dimulai dengan sambutan dari koordinator acara, Bapak Bagus Dwi Cahyono S.Tr.Kep., M.Kes, yang juga dosen di Universitas Jember Kampus Kota Pasuruan. Ia membuka acara dengan mengidentifikasi tingkat pengetahuan peserta tentang risiko bunuh diri dan cara pencegahannya. Acara kemudian dilanjutkan dengan presentasi dari mahasiswa DIII Keperawatan UNEJ yang memperkenalkan aplikasi (APK) terkait kesehatan mental.
Fokus pada Kesehatan Mental
Sesi presentasi ini menyoroti bagaimana aplikasi kesehatan mental bisa membantu mendeteksi tanda-tanda awal risiko bunuh diri pada remaja. Aplikasi ini dirancang untuk memberikan panduan dan alat bagi remaja agar mereka lebih sadar akan kondisi mental mereka sendiri dan mencari bantuan jika diperlukan.
Interaksi dan Tanya Jawab
Setelah presentasi, sesi tanya jawab memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan dan mendapatkan jawaban langsung dari tim penyelenggara. Bapak Bagus dan tim mahasiswa DIII Keperawatan menjawab berbagai pertanyaan dengan jelas dan informatif, membantu remaja memahami lebih dalam tentang pentingnya kesadaran diri dan pencegahan risiko bunuh diri.
Kesimpulan dan Harapan
Dari kegiatan ini, dapat disimpulkan bahwa pencegahan risiko bunuh diri di kalangan Gen Z memerlukan pendekatan yang inovatif dan partisipatif. Penyuluhan dan penggunaan teknologi seperti aplikasi kesehatan mental bisa menjadi langkah awal yang efektif. Diharapkan, dengan adanya kegiatan seperti ini, angka kematian akibat bunuh diri dapat dikurangi dan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental semakin meningkat.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru bagi peserta, tetapi juga membangun jaringan dukungan yang dapat diandalkan oleh remaja di Kelurahan Kandang Sapi. Dengan terus mengadakan kegiatan serupa, diharapkan lebih banyak remaja yang bisa teredukasi dan terbantu dalam menghadapi tantangan mental mereka.